GARA² IKUTAN SEBUAH GROUP DI FACEBOOK


Sebenarnya gua nggak 'nggeh ikutan group apapun, tapi berhubungan temannya teman ngundang gua untuk ikut gabung, jadi akhirnya secara kepaksa maupun tidak terpaksa ikutan gabung juga. Nah, tibalah suatu ketika yang dimana setiap anggotanya untuk ikut partisipasi dalam suatu acara yang namanya "Love Letter To Your Self" (ini kedengarannya aga gimana gitu). Dan jujur pada awalnya gua susah banget untuk jujur bercerita tentang diri gua sendiri, entahlah gua susah untuk jujur mungkin karena gua sudah diisi dengan segala kebohongan duniawi yang hampir membuat setiap orang berbuat bohong untuk survive. sedangkan isi surat ini sebagai berikut :
My Office, 13 November 2010 jam 02.10 pagi         
Oi....Apa Kabar
Ah.. nggak usah dijawab juga gua sudah bisa tahu tentang kebiasaan keseharian lu yang hampir setiap harinnya serba..serba..(30X) tidak teratur terencana atau bahasa kerennya termanage dengan baik. Mulai dari kebiasaan tidur, makan, mandi bahkan boker pun ikut-ikutan tidak teratur. Ingat kawan umur lu tuh sudah 1/4 abad lebih 2 tahun 2 bulan, ayo mulailah membiasakan hidup teratur dan ingat apa yang dikatakan oleh bapak manajemen modern Peter F. Drucker "Management by objective works - if you know the objectives. Ninety percent of the time you don't. And Follow effective action with quiet reflection. From the quiet reflection will come even more effective action.". Sebaiknya mulailah dari sekarang kawan.
Dan bagaimana kabarnya dengan kebiasaan lu yang berusaha mengumpulkan, mencatat lalu mempelajari kehidupan orang lain. Ough itu sangat menyedihkan kawan, orang lain sudah menjalani hidupnya masing-masing sekarang lihat diri lu sendiri masih belajar. Jika ada sekolah atau universitas kehidupan dan lu jadi salah satu murid/mahasiswanya gua yakin lu nggak bakalan lulus-lulus ha...ha..ha... bangunlah kawan ini hidup, hidup ini tidak bisa lu Ctrl + Z.
Lalu bagaimana kabarnya dengan roko, udah berapa bungkus lu habiskan perharinya? Berapa pun itu, kurangilah. Ingat apa kata mantan pacar lu dulu, pernah bilang "kissing you is like licking an ashtray" ha..,ha,.ha.. masa lu mau di samain dengan asbak.
Oh iya gua lupa, bagaimana kabar keluarga lu di Bandung. Ough gua lupa hubungan lu sama orang tua lu kurang begitu baik. Ingat apa kata temen lu mereka tuh ngga menyesal ko melahirkan lu ke dunia ini, jadi mulailah lu menelepon mereka ya paling seminggu sekali atau paling tidak sebulan sekali lah.
Gua mau minta maaf jika selama ini gua sering ngajak lu bergadang, bermain point blank, PS, meninggalkan solat bahkan gua sudah ngajak lu ngeganja lagi, sial. Maaf kawan untuk yang terkahir sebaiknya cepat-cepat kita hentikan gua ga mau lu, jadi seperti yang dulu lagi seperti Sugali dalam lagu Iwan Fals.
Dan gua sangat senang lu akhir-akhir ini mulai mengenal, dekat dan akrab dengan Tuhan lu. pertahankan itu kawan.
sepertinya gua akhiri surat ini gua yakin lu bisa mengahadapi masalah yang menanti lu di depan. Dan kamu ingat nggak dengan  dengan kalimat ini  "Hey, you created me. I didn't create some loser alter-ego to make myself feel better. Take some responsibility!" - Tyler Durden di Film Fight Club.

peluk hangat tidak mesra

Agus nya Agus

SETIDAKNYA PERNAH...

BUTTERFLY

Yesterday i went outside
With my momma's mason jar
Caught a lovely butterfly
When I woke up today
Looked in on my fairy pet
She had withered all away
No more sighing in her breast

I'm sorry for what I did
I did what my body told me to
I didn't mean to do you harm
Everytime I pin down what I think I want it slips away
The ghost slips away.

Smell you on my hand for days
I can't wash away your scent
If I'm a dog then you're a bitch
I guess you're as real as me
Maybe I can live with that
Maybe I need fantasy
Life of chasing butterfly

I told you I would return
When the robin makes his nest
But I ain't never coming back
I'm sorry
I'm sorry
I'm sorry

AUTHOR'S NOTE : The following is a work fiction.
Any resemblance to leaving or dead is purely coincidental.
especially  some one on that pic... Bitch

Seandainya Bertemu dengan Adam

ini cerita ketika teman saya berkhayal, dengan mimpinya, yang memimpikan untuk bertemu dengan leluhur nya manusia. 
Cucu Adam: Ini semua gara-gara sampean, Mbah.

Adam: Loh, kok tiba-tiba aku disalahin.

CA: Lah iya, gara-gara sampean dulu makan buah terlarang, aku sekarang merana. Kalau sampean dulu enggak tergoda Iblis kan kita tetap di surga. Enggak kayak sekarang, sudah tingggal di bumi, eh ditakdirkan hidup di negara terkorup, sudah gitu jadi orang miskin pula. Emang seenak apa sih rasanya buah itu?

A: Yo mbuh, sudah lupa. Kejadiannya sudah lama banget. Tapi ini bukan soal rasa. Ini soal khasiatnya.

CA: Halah, kayak obat kuat aja pake khasiat segala. Emang Iblis bilang khasiatnya apa sih kok sampean bisa tergoda?

A: Dia bilang, kalau makan buah itu aku bisa abadi.

CA: Anti-aging gitu?

A: Iya. Pokoknya kekal.

CA: Terus sampean percaya? Iblis kok dipercaya.

A: Lha wong dia senior.

CA: Maksudnya senior?

A: Iblis kan lebih dulu tinggal di surga dari aku dan mbah putrimu.

CA: Iblis tinggal di surga? Boong ah.

A: Nah ini nih kalo puasa ndak baca Quran. Baca Al-Baqarah ayat 30-38. Coba kowe pikir, gimana dia bisa mbisiki aku yang ada di surga kalo dia ndak tinggal di surga juga?

CA: Oh iya, ya. Tapi, walau pun Iblis yang mbisiki, tetep sampean yang salah, Mbah. Gara-gara sampean, aku jadi kere kayak gini.

A: Kowe salah lagi. Manusia itu ndak diciptakan untuk menjadi penduduk surga. Baca surat Al-Baqarah : 30. Sejak awal, sebelum aku lahir… eh, sebelum aku diciptakan, Tuhan sudah berfirman ke para malaikat kalo Dia mau menciptakan manusia yang menjadi khalifah (wakil Tuhan) di bumi.

CA: Lah, tapi kan sampean dan mbah putri tinggal di surga?

A: Iya, sempet, tapi itu cuma transit. Makan buah terlarang atau ndak, cepat atau lambat, mbahmu ini pasti diturunkan ke bumi untuk menjalankan tugas dari-Nya: memakmurkan bumi. Di surga itu masa persiapan, penggemblengan. Di sana Tuhan ngajarin mbah bahasa, ngasih tahu nama semua benda (Al-Baqarah:31).

CA: Jadi di surga itu cuma sekolah?

A: Kurang lebih kayak gitu. Waktu di surga, simbahmu ini belum jadi khalifah. Jadi khalifah itu baru setelah turun ke bumi.

CA: Aneh.

A: Kok aneh?

CA: Ya aneh, menyandang tugas wakil Tuhan kok setelah sampean gagal, setelah gak lulus ujian, termakan godaan Iblis? Pendosa kok jadi wakil Tuhan.

A: Lah, justru itu intinya. Kemuliaan manusia itu ndak diukur dari apakah dia bersih dari kesalahan atau ndak. Yang penting itu bukan melakukan kesalahan atau ndak melakukannya. Tapi, bagaimana bereaksi terhadap kesalahan yang kita lakukan. Manusia itu pasti pernah keliru, Tuhan tahu itu. Tapi, meski demikian, toh Dia memilih mbahmu ini, bukan malaikat.

CA: Jadi, gak papa kita bikin kesalahan, gitu?

A: Ya ndak gitu juga. Kita ndak isa minta orang ndak melakukan kesalahan. Kita cuma isa minta mereka untuk berusaha tidak melakukan kesalahan. Namanya usaha, kadang berhasil, kadang enggak.

CA: Sampean berhasil atau gak?

A: Dua-duanya.

CA: Kok dua-duanya?

A: Aku dan mbah putrimu melanggar aturan, itu artinya gagal. Tapi kami berdua kemudian menyesal dan minta ampun. Penyesalan dan mau mengakui kesalahan, serta menerima konsekuensinya (dilempar dari surga), adalah keberhasilan.

CA: Ya kalo cuma gitu semua orang bisa. Sesal kemudian tidak berguna, Mbah.

A: Berguna toh ya. Karena menyesal, aku dan mbah putrimu dapat pertobatan dari Tuhan dan dijadikan khalifah (Al-Baqarah:37). Bandingkan dengan Iblis, meski sama-sama diusir dari surga, tapi karena ndak tobat, dia terkutuk sampe hari kiamat.

CA: Sampean iki lucu, Mbah.

A: Lucu piye?

CA: Lah kalo dia tobat, ya namanya bukan Iblis lagi.

A: Bener juga kamu ya, he-he-he. Tapi intinya gitu lah. Melakukan kesalahan itu manusiawi. Yang ndak manusiawi, yang iblisi, itu kalo sudah salah tapi merasa bener, sombong.

CA: Jadi kesalahan terbesar Iblis itu apa? Ndak ngakuin Tuhan?

A: Iblis bukan ateis, dia justru monoteis. Percaya Tuhan yang satu.

CA: Mosok sih, Mbah?

A: Lha wong dia pernah ketemu Tuhan, pernah dialog segala kok.

CA: Terus, kesalahan terbesar dia apa?

A: Sombong: menyepelekan orang lain dan memonopoli kebenaran.

CA: Wah, persis cucu sampean tuh, Mbah.

A: Ente?

CA: Bukan. Cucu sampean yang lain. Mereka mengaku yang paling bener, kalo ada orang lain berbeda pendapat akan mereka serang. Orang lain disepelekan. Mereka mau orang lain menghormati mereka, tapi mereka ndak mau menghormati orang lain. Kalo sudah ngamuk nih Mbah, orang-orang ditonjokin, barang-barang orang lain dirusak. Setelah itu mereka bilang kalau mereka pejuang kebenaran. Bahkan ada yang sampe ngebom segala loh.

A: Wah, persis Iblis tuh.

CA: Tapi mereka siap mati Mbah, karena kalo mereka mati nanti masuk surga.

A: Siap mati, tapi ndak siap hidup.

CA: Bedanya, Mbah?

A: Orang yang ndak siap hidup itu ndak siap menjalankan agama.

CA: Loh, kok?

A: Lah, aku dikasih agama oleh Tuhan kan waktu diturunkan ke bumi (Al-Baqarah:37). Bukan waktu di surga.

CA: Jadi, artinya, agama itu untuk bekal hidup, bukan bekal mati?

A: Pinter kowe.

CA: Cucu siapa dulu.

A: Cucuku dan mbah putrimu.

CA: BTW, Mbah. Sampean itu kan terkenal dengan satu nama: Adam. Tapi mbah putri itu namanya kok beda-beda? Yang bener iku Hawa, Eve, atau Eva.

A: Sak karepmu. What’s in a name?

CA: Shakespeare, Mbah?

A: Mbuh, sak karepmu.



dikirim dari seorang teman

HOW TO FIGHT THE INFORMATION WAR

 
Informasi sebagai bahan konsumsi yang di mana media elektronik berperan besar dalam perubahan kebudayaan (berubahnya suatu peradaban).
Lini perang informasi ternyata sangat lebar sekali, intinya hanya mereka yang mampu memproduksi informasi & pengetahuan dalam jumlah besar di segala media / lini yang akan dengan mudah mengalahkan pihak lawan. Pendudukan / penjajahan / serangan tidak lagi secara fisik tetapi secara psychologi / pola pandang / mental. Contoh sederhana saja, anak-anak Indonesia akan dengan bangga-nya makan di McDonnald, KFC atau mendengarkan musik rock, ke disko di bandingkan dengan jaipongan. ABG & banyak orang akan dengan senang hati menonton The Corrs & mungkin membayar lebih mahal daripada Krisdayanti & Ikke Nurjanah. Perlakukan para Satpam terhadap orang bule yang berpakaian celana pendek, T-shirt kucel, sandal jepit akan sangat berbeda sekali dengan orang pribumi melayu dengan pakaian yang sama. Paling menyebalkan kalau kita ke kedutaan Amerika Serikat, Satpam US Embassy ini sepertinya lebih bule daripada bule & benar-benar melecehkan orang Indonesia yang mau meminta Visa US padahal harus bayar mahal pula. Dari pola sederhana ini saja sudah terlihat sekali bahwa sebuah image sudah tertanam baik-baik di benak orang melayu ini bahwa pribumi melayu inferior dibandingkan bule. Mereka yang bekerja untuk bule (seperti Satpam di US Embassy) merasa jauh lebih superior daripada melayu yang lain. Kondisi / teknik ini di kenal sebagai Kulturkampf dalam perang informasi.  
Pada tingkat yang lebih tinggi & perlu pengusaan seni perang informasi yang sangat halus dapat di cuplik dari surat James Madison ke W.T. Barry tanggal 4 Agustus 1822 yang berbunyi:

"A popular Government, without popular information or the means of acquiring it, is but a Prologue to a Farce or a Tragedy; or perhaps both. Knowledge will forever govern ignorance; And a people who mean to be their own Governors, must arm themselves with the power which knowledge gives."

Artinya pengetahuan & penyebaran informasi menjadi penting sekali bagi seseorang maupun pemerintah untuk survive, menang & tetap berada di atas serta populer diantara yang di perintah-nya (bisa PNS maupun rakyat). Kedewasaan, kelengkapan dalam berargumentasi, berdebat & transparansi dalam kebijakan akan sangat tercermin dari tingkat penguasaan pengetahuan manusia yang berada di lembaga pemerintahan. Sialnya di Indonesia pemerintah lebih banyak mengandalkan mekanisme kekuasaan, perijinan, palak memalak, sogok menyodok, gusur mengusur daripada bertumpu pada kemampuan pengetahuan SDM-nya. Yah wajar saja jika pemerintah kita menjadi tidak populer. 

Siap tak siap masyarakat kita harus pasrah menerima kenyataan. Bukan hanya implikasi pasar bebas yang dapat dirasakan akibtanya oleh para pelaku usaha di Negara Indonesia, namun secara menyeluruh tatanan kehidupan masyarakat kita kini sudah masuk pada lingkaran perubahan yang amat dahsyat. 


PERNIKAHAN SEBAGAI SEBUAH ALASAN


Pernikahan menjadi populer karena mengkombinasikan godaan dalam jumlah maksimum dengan kesempatan dalam jumlah maksimum.
Pernikahan adalah satu-satunya kontrak legal yang membatalkan hukum-hukum yang menjaga hubungan yang diikat oleh pernikahan itu sendiri antara kedua belah pihak yang terlibat.
Fungsi esensial dari pernikahan itu sendiri adalah penererusan umat manusia seperti yang dikatakan oleh The Book Of Common Prayer (kitab suci).
Fungsi kebetulan dari pernikahan adalah pemuasan sentimen amoristik umat manusia.Sterilisasi buatan dalam pernikahan bisa memenuhi fungsi kebetulan dan mengabaikan fungsi esensial.
Sistem pernikahan apa pun yang membuat mayoritas populasi membujang akan diruntuhkan dengan kekerasan pikiran dengan alasan bahwa sistem itu melanggar moralitas.
Poligami, ketika di coba untuk diterapkan dalam kondisi modern, seperti apa yang diterapkan oleh Aa Gym, diruntuhkan oleh pria-pria inferior yang tidak bisa menikah gara-gara sistem itu sendiri. Sebab insting keibuan dalam diri wanita membuatnya memilih menjadi wanita kesepuluh dari seorang pria kelas satu dari pada menjadi wanita pertama dari seorang pria kelas tiga, hal ini mungkin dialami oleh ulfa terhadap syeh puji dan mungkin juga dialami oleh wanita wanita yang lainnya, yang lebih mengutamakan bagaimana kehidupan keturunannya apabila si wanita menikah dengan pria A atau B mana yang lebih menguntungkan.
Pernikahan atau bentuk lain dari monogami amoristik bebas akan berakibat fatal bagi negara karena ia mencekal aktivitas perkembangbiakan secara sengaja pada manusia sebagai hewan politik.

Korinthus

“Cinta itu sabar…” . Perempuan itu mendengar. Di gedung yang tak dihuni itu, di bawah bulan yang nyaris seperti limau, seseorang datang m...