Anak Zaman

Bandung, 23 Juni 2013

Udara bandung di malam menjelang pagi masih tetap sama seperti bandung yang dulu, dinginnya menyelinap kesetiap pori-pori kulit. Akhirnya pagi itu jam 03.00 tiba juga, pagi yang menjawab dari sebuah pertanyaan.
Disebuah tempat dipinggir jalan bersama seorang teman ngobrol panjang lebar tentang sejarah.
Menurut pandangannya sejarah kembali terulang, jalan cerita sejarah dari zaman ke zaman tidak pernah berubah selalu berpola... Manusia dan pemerannya bisa berubah, peralatan-peralaan boleh berkembang pesat. Akan tetapi pentas sejarah tetaplah baku. Kisah permusuhan hanya satu, yaitu kebeneran melawan kebatilan. Islam memerangi kekafiran, kejahiliyahan dan kemunafikan yang terselubung.
Adapun orang-orang lemah dan bernyali rendah, mereka memegang tongkat pada bagian tengahnya. Satu sisi ia menyatakan bergabung dengan umatnya, tetapi disatu sisi lain dia mengedepankan kepentingan dunianya sembari menunggu kabut tersingkap dan peperangan berakhir. Dengan maksud ingin bergabung dengan kelompok yang kuat dan menumpang kapal pihak yang menang, sungguh teramat jelek apa yang diperbuat orang-orang seperti ini.
Tapi mereka dihentikan oleh orang-orang robbaniyyun, yang mengangkat bendera di zaman kerusakan, mengangkat kepala di zaman kehinaan, tekad mereka mengarungi angkasa, pergi menuju Alloh. Dzat Yang Maha melihat lagi Maha mendengar. Meneladani Sang pembawa peringatan dan kabar gembira, Muhammad Shollallohu Alaihi wa Salam.
Mereka orang-orang ghuroba yang wajahnya hangus terbakar angin keterasingan. Kaki mereka yang tanpa alas kaki meneteskan darah di gurun yang berkobar oleh api permusuhan. Tidak ada pintu yang mau menerima mereka sehingga mereka mengetuk pintu langit, lalu dibukalah pintu tersebut untuk mereka. langsung dari tengah-tengah surga untuk menghidupkan hati. Tersirat kegembiraan iman dalam diri mereka, sehingga tidak ada seorangpun dari mereka yang mundur. Karena mereka marah demi Dien-nya, walaupun seluluruh dunia bersatu-padu membidiknya.
Zaman satu bangsa yang hina tidak pernah sunyi dari ilmuan, sastrawan dan orang yang arif dan bijaksana! Mereka dipecahbelahkan dengan berbagi ideologi, tetapi idieologi itu bertumpu pada suatu rencana. Mereka ajar, didik anak singa agar menjadi kijang pengecut dan mereka hapuskan kisah-kisah singa pada masa silam. Cita-cita mereka hanyalah penipuan cendekiawan.
Dan temanku itu berbicara lagi
ayo kawan kita rubah zaman ini. Rubah manusia dengan pola penyadaran tentang manusia. Apa posisi manusia di Alloh. Bagaimana Alloh itu bisa diterima oleh otak kita yang bebal, yang dulunya  penuh dokrin dogmatis. Lihat zaman ini kawan, apa mau kita mewariskan zaman yang serba tidak jelas ini kepada anak cucu kita. Lihatlah masalalu kita yang kelam apa mau anak-anak kita mengalami seperti apa yang kita alami. Bangunlah generasi Rabbani, generasi yang lebih mencintai Alloh dan Alloh juga mencintai generasi tersebut. Apa mau anak kita dididik menjadi kijang pengecut? anak yang lebih mencintai dunia daripada Alloh.

Maka dari itu kawan dibulan Sya'ban ini persiapkan kuda-kuda yang ditambatkan. Ini adalah sebagai bentuk tobat kita dimasalalu kawan. Dan sebagai bentuk perlawanan terhadap keadaan...

No comments:

Post a Comment

Korinthus

“Cinta itu sabar…” . Perempuan itu mendengar. Di gedung yang tak dihuni itu, di bawah bulan yang nyaris seperti limau, seseorang datang m...